Wednesday, September 7, 2016

LAPORAN  WORKSHOP “PENGEMBANGAN  PROGRAM PERPUSTAKAAN SEKOLAH”
Sekolah Madania,  Jumat 19 Agusus 2016,  Pukul 08.00-11.00
Oleh : Tita Hendaryani – Pustakawati  SMP Kesatuan

Materi pertama dari workshop ini adalah “Membuat Kegiatan Menarik di Perpustakan” yang disampaikan oleh Aryansyah Karyatin dan Bambang Sulistio.  Kedua pembicara adalah teacher librarian atau guru pustakawan Sekolah Madania tingkat primary atau Sekolah Dasar.
Mengapa perlu ada kegiatan menarik di Perpustakaan?  Kegiatan di Perpustakaan yang dimaksud adalah  memberi materi yang akan memberikan pemahaman bagi siswa mengenai  bagaimana menggunakan resources khususnya yang ada di Perpustakaan dengan cara atau metode yang lebih fun dan menyenangkan. Tujuannya selain mengajarkan cara mencari informasi yang benar, tepat dan cepat kegiatan ini diharapkan dapat menjauhkan pelajar dari hal seperti  copy paste, plagiat maupun kemalasan berpikir dan berkarya.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan tersebut diantaranya adalah
·         Bermain games dengan memanfaatkan koleksi bahan pustaka yang dimiliki sekolah misalnya :
Ö        Dictionary Detective games yaitu games yang mengajarkan bagaimana menggunakan kamus dengan benar dan tepat
Ö        ABC order classification games permainan memperkenalkan prinsip DDC biasanya untuk kelas 1-3 SD
Ö        Dewey Decimal Classification (DDC) games memperkenalkan sistem pengklasifikasian buku berdasarkan subjek. Materi ini diberikan untuk kelas 5 dan 6 SD
·         Berkarya dengan memanfaatkan koleksi perpustakaan seperti membuat paper atau karya tulis.
Saat pembuatan karya ilmiah pelajar memerlukan banyak referensi diantaranya adalah ensiklopedia.  Teacher librarian mengambil peran untuk mengajarkan penggunaan ensiklopedia .
·         Make Fiction /Nonfiction Story yaitu membuat cerita karya sendiri baik itu fiksi maupun non fiksi seperti Biografi, cerita sejarah ataupun pengetahuan ilmiah.
Materi  kedua  mengenai  Tips dan Teknik menjadi Seorang Story Teller yang Baik dibawakan oleh Ibu Ninik Ni’matur Rahmaniah seorang Guru di Madania yang juga ahli dalam mendongeng.  Pada sesi ini pembicara menekankan pentingnya kegiatan mendongeng baik itu sekolah maupun untuk pribadi sebagai orang tua.  Karena perkembangan zaman dan kemajuan teknologi kegiatan mendongeng ini sudah bayak ditinggalkan, padahal medongeng memiliki banyak manfaat dan dampak positif terhadap anak-anak.  Diantaranya adalah :
·         Theather of mind
·         Merangsang imajinasi dan kreativitas
·         Meningkatkan kecerdasan berbahasa anak, keterampilan berfikir dan kecerdasan emosi
·         Hubungan yang akrab : mempererat ikatan emosional dengan orang tua
·         Penanaman nilai moral dan etika
·         Dongeng keluarga yang lebih bersifat pribadi
·         Pelestarian value
·         Pengenalan budaya dan kelompok lain
·         Dongeng itu sehat (bibliotheraphy)
·         Mendongeng itu asyik
Dongeng memang tidaklah mudah untuk seorang pemula, namun semakin kita sering mendongeng, membacakan cerita maka akan terlatihlah kita sebagai seorang pendongeng. Agar sukses mendongeng  seorang pendongeng perlu memiliki niat yang kuat,  memperhatikan tema dongeng yang sesuai atau diminati oleh pendengar,  pendongeng bisa juga membuat cerita sendiri, dongeng sebaiknya pendek dan mengangkat budaya sendiri.  Sebagai pendongeng gaya bicara, berbahasa tentulah harus baik dan benar, tutur kata diucapkan dengan jelas dengan intonasi yang tepat dan tidak membosankan. Pendongeng juga perlu menciptakan suasana dimana pendengar seolah-olah merasakan situasi dalam cerita yang disampaikan.
Refleksi dari workshop ini adalah :
·         Kegiatan  di perpustakaan dengan memberikan materi-materi mengenai perpustakaan dan informasi diperlukan untuk menambah skill  siswa sebagai pembelajar menuju jenjang yang paling tinggi (universitas)
·         Skill yang dimaksud berkaitan erat dengan  literasi yaitu kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas salah satunya mealaui membaca.
·         Kegiatan ini memang sudah dilakukan oleh berbagai sekolah yang mengadopsi kurikulum luar negeri.  Untuk sekolah nasional sepengetahuan saya belum ada role model atau percontohannya karena umumnya pustakawan di sekolah hanya melakukan pekerjaan administratif bukan sebagai guru pustakawan.
·         Kurikulum luar memungkinkan untuk dibuatkan jadwal kelas perpustakaan sedangkan kurikulum nasional yang memiliki jadwal pelajaran yang padat memerlukan usaha tersendiri pihak sekolah  terutama kepala sekolah dan bagian kurikulum sebagai pembuat kebijakan. Sedangkan peran pustakawan untuk membuat kegiatan atau kelas perpustakaan dapat berkolaborasi dengan guru Bahasa Indonesia dan guru Bahasa Inggris. Hal itupun masih  perlu pengkajian mendalam dikarenakan perbedaan standar kompentensi dan penilaian yang diinginkan oleh guru bidang studi terkait.
·         Kegiatan perpustakaan yang sudah berjalan di SMP kesatuan adalah Sosialisasi Perpustakaan di awal tahun ajaran baru. Sosialisasi perpustakaan lebih merupakan kegiatan memperkenalkan Perpustakaan (peraturan dan sirkulasi) serta memberikan gambaran singkat bagaimana mencari buku di perpustakaan (pengenalan nomor Dewey Decimal Classification). Kegiatan ini pun belum menyentuh aspek skill perpustakaan yang lebih mendalam seperti yang sudah diajarkan  di Sekolah Madania ataupun sekolah bertaraf internasional lainnya.
·         Kegiatan atau kelas perpustakaan diselenggarakan oleh guru pustakawan ataupun guru yang memiliki keahlian dibidang kepustakaan, memiliki jadwal kelas perpustakaan, mempersiapkan materi dengan membuat lesson plan, dan mengevaluasi hasil pembelajaran siswa.



No comments:

Post a Comment