LAPORAN WORKSHOP
“PENGEMBANGAN PROGRAM PERPUSTAKAAN
SEKOLAH”
Sekolah Madania, Jumat 19 Agusus 2016, Pukul 08.00-11.00
Oleh : Tita Hendaryani
– Pustakawati SMP Kesatuan
Materi pertama
dari workshop ini adalah “Membuat Kegiatan Menarik di Perpustakan” yang
disampaikan oleh Aryansyah Karyatin dan Bambang Sulistio. Kedua pembicara adalah teacher librarian atau guru pustakawan Sekolah Madania tingkat primary atau Sekolah Dasar.
Mengapa perlu
ada kegiatan menarik di Perpustakaan?
Kegiatan di Perpustakaan yang dimaksud adalah memberi materi yang akan memberikan pemahaman
bagi siswa mengenai bagaimana
menggunakan resources khususnya yang
ada di Perpustakaan dengan cara atau metode yang lebih fun dan menyenangkan. Tujuannya selain mengajarkan cara mencari informasi
yang benar, tepat dan cepat kegiatan ini diharapkan dapat menjauhkan pelajar
dari hal seperti copy paste, plagiat maupun kemalasan berpikir dan berkarya.
Beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan tersebut diantaranya adalah
·
Bermain
games dengan memanfaatkan koleksi bahan pustaka yang dimiliki sekolah misalnya :
Ö
Dictionary
Detective games yaitu games yang mengajarkan bagaimana menggunakan kamus dengan
benar dan tepat
Ö
ABC order
classification games permainan memperkenalkan prinsip DDC biasanya untuk kelas
1-3 SD
Ö
Dewey
Decimal Classification (DDC) games memperkenalkan sistem pengklasifikasian buku
berdasarkan subjek. Materi ini diberikan untuk kelas 5 dan 6 SD
·
Berkarya
dengan memanfaatkan koleksi perpustakaan seperti membuat paper atau karya
tulis.
Saat pembuatan karya ilmiah pelajar memerlukan
banyak referensi diantaranya adalah ensiklopedia. Teacher
librarian mengambil peran untuk mengajarkan penggunaan ensiklopedia .
·
Make
Fiction /Nonfiction Story yaitu membuat cerita karya sendiri baik itu fiksi maupun
non fiksi seperti Biografi, cerita sejarah ataupun pengetahuan ilmiah.
Materi kedua
mengenai Tips dan Teknik menjadi
Seorang Story Teller yang Baik dibawakan
oleh Ibu Ninik Ni’matur Rahmaniah seorang Guru di Madania yang juga ahli dalam
mendongeng. Pada sesi ini pembicara
menekankan pentingnya kegiatan mendongeng baik itu sekolah maupun untuk pribadi
sebagai orang tua. Karena perkembangan
zaman dan kemajuan teknologi kegiatan mendongeng ini sudah bayak ditinggalkan,
padahal medongeng memiliki banyak manfaat dan dampak positif terhadap
anak-anak. Diantaranya adalah :
·
Theather
of mind
·
Merangsang
imajinasi dan kreativitas
·
Meningkatkan
kecerdasan berbahasa anak, keterampilan berfikir dan kecerdasan emosi
·
Hubungan
yang akrab : mempererat ikatan emosional dengan orang tua
·
Penanaman
nilai moral dan etika
·
Dongeng
keluarga yang lebih bersifat pribadi
·
Pelestarian
value
·
Pengenalan
budaya dan kelompok lain
·
Dongeng
itu sehat (bibliotheraphy)
·
Mendongeng
itu asyik
Dongeng memang
tidaklah mudah untuk seorang pemula, namun semakin kita sering mendongeng,
membacakan cerita maka akan terlatihlah kita sebagai seorang pendongeng. Agar
sukses mendongeng seorang pendongeng
perlu memiliki niat yang kuat, memperhatikan
tema dongeng yang sesuai atau diminati oleh pendengar, pendongeng bisa juga membuat cerita sendiri,
dongeng sebaiknya pendek dan mengangkat budaya sendiri. Sebagai pendongeng gaya bicara, berbahasa
tentulah harus baik dan benar, tutur kata diucapkan dengan jelas dengan
intonasi yang tepat dan tidak membosankan. Pendongeng juga perlu menciptakan
suasana dimana pendengar seolah-olah merasakan situasi dalam cerita yang disampaikan.
Refleksi dari
workshop ini adalah :
·
Kegiatan di perpustakaan dengan memberikan
materi-materi mengenai perpustakaan dan informasi diperlukan untuk menambah skill
siswa sebagai pembelajar menuju jenjang yang paling tinggi (universitas)
·
Skill yang dimaksud berkaitan erat dengan
literasi yaitu kemampuan mengakses,
memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas salah satunya mealaui membaca.
·
Kegiatan
ini memang sudah dilakukan oleh berbagai sekolah yang mengadopsi kurikulum luar
negeri. Untuk sekolah nasional
sepengetahuan saya belum ada role model
atau percontohannya karena umumnya pustakawan di sekolah hanya melakukan
pekerjaan administratif bukan sebagai guru pustakawan.
·
Kurikulum
luar memungkinkan untuk dibuatkan jadwal kelas perpustakaan sedangkan kurikulum
nasional yang memiliki jadwal pelajaran yang padat memerlukan usaha tersendiri pihak
sekolah terutama kepala sekolah dan bagian
kurikulum sebagai pembuat kebijakan. Sedangkan peran pustakawan untuk membuat
kegiatan atau kelas perpustakaan dapat berkolaborasi dengan guru Bahasa Indonesia
dan guru Bahasa Inggris. Hal itupun masih
perlu pengkajian mendalam dikarenakan perbedaan standar kompentensi dan
penilaian yang diinginkan oleh guru bidang studi terkait.
·
Kegiatan
perpustakaan yang sudah berjalan di SMP kesatuan adalah Sosialisasi
Perpustakaan di awal tahun ajaran baru. Sosialisasi perpustakaan lebih
merupakan kegiatan memperkenalkan Perpustakaan (peraturan dan sirkulasi) serta
memberikan gambaran singkat bagaimana mencari buku di perpustakaan (pengenalan
nomor Dewey Decimal Classification). Kegiatan ini pun belum menyentuh aspek skill perpustakaan yang lebih mendalam
seperti yang sudah diajarkan di Sekolah
Madania ataupun sekolah bertaraf internasional lainnya.
·
Kegiatan
atau kelas perpustakaan diselenggarakan oleh guru pustakawan ataupun guru yang
memiliki keahlian dibidang kepustakaan, memiliki jadwal kelas perpustakaan,
mempersiapkan materi dengan membuat lesson
plan, dan mengevaluasi hasil pembelajaran siswa.
No comments:
Post a Comment